Laporan Praktikum Mikrobiologi Isolasi Mikroorganisme
Oleh :
Aisyah Ratna Saputri
Ina Sholihah
Program Studi Gizi
Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta
2015
ISOLASI MIKROORGANISME
I.
Tujuan
Memahami dan mengetahui
berbagai macam cara isolasi mikroorganisme baik pada agar tegak, agar miring
maupun agar cawan.
II.
Pendahuluan
Di
dalam bidang ilmu mikrobiologi, untuk dapat menelaah bakteri khususnya dalam
skala laboratorium, maka terlebih dahulu kita harus dapat menumbuhkan mereka
dalam suatu biakan yang mana di dalamnya hanya terdapat baktri yang kita
butuhkan tersebut tanpa adanya kontaminasi dari mikroba lain. Biakan yang
semacam ini biasanya dikenal dengan istilah biakan murni. Untuk melakukan hal
ini, haruslah di mengerti jenis- jenis nutrien yang disyaratkan bakteri dan
juga macam ligkungan fisik yang menyediakan kondisi optimum bagi pertumbuhan
bakteri tersebut (Pelczar, 1986).
Isolasi
adalah kegiatan untuk memisahkan bakteri yang diinginkan dengan bakteri
pengkontaminan. Tahapan awal untuk isolasi adalah inokulasi. Inokulasi adalah tahapan penanaman bakteri yang akan dikembangkan kedalam media.
Penanaman ini dapat menggunakan jarum ose. Alat yang digunakan harus steril,
sehingga benar-benar isolat murni yang didapat.
Oleh karena itu praktikum ini dilakukan agar praktikan
dapat mengetahui dan mengerti cara mengisolasi pertumbuhan mikroba dengan cara
yang benar dan aseptis dan dapat mempelajari pertumbuhan mikroba.
III. Tinjauan
Pustaka
Air
merupakan komponen esensial bagi kehidupan jasad hidup. Akan tetapi dapat juga
merupakan suatu substansia yang membawa malapetaka, karena air dapat membawa
mikroorganisme patogen dan zat-zat kimia yang bersifat racun (Tarigan, 1988).
Faktor-faktor
biotis (dalam hal ini mikroba) yang terdapat di dalam air,
menurut Suriawiria (1985) terdiri dari:
menurut Suriawiria (1985) terdiri dari:
1.Bakteri
2.Fungi
(jamur)
3.Mikroalga
4.Protozoa
5.Virus
Mikroorganisme apathogen (misal Escherichia coli) maupun
pathogen sering dijumpai di perairan terbuka (sungai) yang digunakan secara
umum oleh masyarakat. Di banyak tempat PDAM mengandalkan air sungai sebagai
sumber bahan baku air minum.(Esapmsi, 2012)
Mikroorganisme
dapat diperoleh dari lingkungan air, tanah, udara, suubstrat yang berupa bahan
pangan, tanaman dan hewan. Jenis mikroorganismenya dapat berupa bakteri,
khamir, kapang dan sebagainya. Populasi dari mikroba yang ada di lingkungan ini
sangatlah beraneka ragam sehinga dalam mengisolasi diperlukan beberapa tahap
penanaman sehingga berhasil diperoleh koloni yang tunggal. Koloni yang tunggal
ini kemudian yang akan diperbanyak untuk suatu tujuan penelitian misalnya untuk
menngisolasi DNA mikroba yang dapat mendeteksi mikroba yang telah resisten
terhadap suatu antibiotik. Atau untuk mengetahui mikroba yang dipakai untuk
bioremediasi holokarbon (Ferdiaz, 1992).
Pemindahan
bakteri dari medium lama ke medium yang baru atau yang dikenal dengan istilah
inokulasi bakteri ini memerluakn banyak ketelitian. Terlebih dahulu kita harus
mengusahakan agar semua alat- alat yang akan digunakan untuk pengerjaan medium
dan pengerjaan inokulasi benar- benar steril. Hal ini untuk menghindari
terjadinya kontaminasi, yaitu masuknya mikrooba lain yang tidak diinginkan
sehingga biakan yang tumbuh di dalam medium adalah benar- benar biakan murni
(Dwidjoseputro, 1990).
Untuk
meumbuhkan suatu biakan bakteri dalam media steril sejumlah sel-sel (inokulum)
dipindahkan (diinokulasi) kedalam media dengan perlakuan khusus untuk
mempertahankan kemurnian dari biakan. Pada waktu inokulasi, jarum yang
digunakan untuk memindahkan mikroba harus dipijarkan diatas api segera sebelum dan sesudah melakukan
pemindahan. Pemanasan ini menghancurkan setiap bentuk kehidupan yang ada pada
permukaan jarum atau alat pemindah (Sutedjo, 1997).
Prinsip dari
isolasi mikroba adalah memisahkan suatu jenis mikroba dengan mikroba lain yang
berasal dari campuran bermacam -macam
mikroba. Hal ini dapat dilakukan dengan menumbuhkannya dalam media padat karena
dalam padat sel-sel mikroba
akan membentuk suatu koloni sel yang tetap pada tempatnya (Mulyani, 1991).
Terdapat
beberapa mikroorganisme memerlukan keadaan yang sangat khusus, misalnya tidak
ada O2 sama sekali (kondisi anaerob), sedikit O2 (microaerofilik), mutlak ada
O2 (aerob), ada/tidak ada O2 (fakultatif).
Ada beberapa metode yang biasanya
dilakukan untuk menanam biakan di dalam medium diantaranya adalah (Lay, 1994) :
1. Metode
cawan gores
Metode
ini mempunyai dua keuntungan yaitu menghemat bahan dan waktu. Namun untuk
memperoleh hasil yang baik diperlukan keterampilan yang lumayan yang biasanya
diperoleh dari pengalaman. Metode cawan gores yang dilakukan dengan baik
kebanyakan akan menyebabkan terisolasinya mikroorganisme yang diinginkan. Dua
macam kesalahan yang umum sekali dilakukan adalah tidak memanfaatkan permukaan
medium dengan sebaik- baiknya untuk digores sehingga pengenceran mikroorganisme
menjafi kurang lanjut dan cenderung untuk menggunakan inokulum terlalu banyak
sehingga menyulitkan pemisahan sel- sel yang digores.
2. Metode
cawan tuang
Cara
lain untuk mempeeroleh biakan koloni murni dari populasi campuran
mikroorganisme ialah dengan mengencerkan eksperimen dalam medium agar yang
telah dicairkan dan didinginkan yang kemudian di cawankan. Karena konsentrasi
sel- sel mikroba di dalam eksperimen pada umumnya tidak diketahui sebelumnya,
maka pengenceran perlu dilakukan beberapa tahap sehingga sekurang- kurangnyya
satu di antara cawan – cawan tersebut mengandung koloni- koloni terpisah baik
di atas permukaan maupun di dalam agar. Metode ini memboroskan waktu dan bahan
namun tidak memerlukan keterampilan yang terlalu tinggi.
Proses
pemisahan atau pemurnian dari mikroorganisme lain perlu dilakukan karena semua
pekerjaan mikrobiologis, misalnya telah dan identifikasi mikroorganisme, memerlukan
suatu populasi yang hanya terdiri dari satu macam mikroorganisme saja.Teknik
tersebut dikenal dengan Isolasai Mikroba. Terdapat berbagai cara mengisolasi
mikroba, yaitu (Admin, 2008) :
1. Isolasi
pada agar cawan
Prinsip
pada metode isolasi pada agar cawan adalah mengencerkan mikroorganisme sehingga
diperoleh individu spesies yang dapat dipisahkan dari organisme lainnya. Setiap
koloni yang terpisah yang tampak pada cawan tersebut setelah inkubasi berasal
dari satu sel tunggal. Terdapat beberapa cara dalam metode isolasi pada agar
cawan, yaitu: Metode gores kuadran, dan metode agar cawantuang. Metode gores
kuadran ini dilakukan dengan baik akan menghasilkan terisolasinya
mikroorganisme, dimana setiap koloni berasal dari satu sel.Metode agar tuang, berbeda
dengan metode gores kuadran, cawan tuang menggunakan medium agar yang dicairkan
dan didinginkan (50oC), yang kemudian dicawankan. Pengenceran tetap
perlu dilakukan sehingga pada cawan yang terakhir mengandung koloni-koloni yang
terpisah di atas permukaan atau di dalam cawan.
2. Isolasi
pada medium cair
Metode
isolasi pada medium cair dilakukan bila mikroorganisme tidak dapat tumbuh pada
agar cawan (medium padat), tetapi hanya dapat tumbuh pada kultur cair. Metode
ini juga perlu dilakukan pengenceran dengan beberapa serial pengenceran.
Semakin tinggi pengenceran peluang untuk mendapatkan satu sel semakin besar.
3. Isolasi
sel tunggal
Metode
isolasi sel tunggal dilakukan untuk mengisolasi sel mikroorganisme berukuran
besar yang tidak dapat diisolasi dengan metode agar cawan/medium cair. Sel
mikroorganisme dilihat dengan menggunakan perbesaran sekitar 100 kali. Kemudian
sel tersebut dipisahkan dengan menggunakan pipet kapiler yang sangat halus
ataupun micromanipulator, yang dilakukan secara aseptis.
Untuk menumbuhkan suatu biakan bakteri dalam media
steril sejumlah sel-sel (inokulum) dipindahkan (diinokulasi) ke dalam media
dengan perlakuan khusus untuk mempertahankan kemurnian dari biakan . Dalam
waktu inokulasi harus dipijarkan di atas api
segera sebelum dan sesudah melakukan pemindahan. Pemanasan ini menghancurkan
setiap bentuk kehidupan yang ada pada permukaan jarum atau alat pemindah . Bagian
jarum yang dipanaskan tidak terbatas pada bagian ujungnya saja tetapi termasuk pula
bagian bawahnya (Mulyono, 1992).
Seperti semua bentuk kehidupan lain, mikroba
membutuhkan zat-zat hara dan
lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhan. Pertama-tama media
harus mangandung senyawa-senyawa hara
yang penting untuk pertumbuhan mikroba. Disamping itu media harus juga
memberikan lingkungan yang cocok bagi pertumbuhan seperti pH, tekanan osmosis,
oksigen dan lain-lain. Pada
umumnya semua media untuk pertumbuhan mikroba terdapat dalam dua bentuk yaitu
media cair (Broth Media) dan media Padat (Solid Media) (Mulyani, 1991).
Sifat-sifat umum
suatu koloni:
a. Besar
kecilnya koloni. Ada koloni yang hanya berupa suatu titik,
ada pula yang melebar sampai menutup permukaan medium.
b. Bentuk. Ada
koloni yang bulat, ada yang memanjang, ada tepi yang rata, ada tepinya yang tidak rata.
c. Kenaikan permukaan.
Ada koloni yang rata saja dengan permukaan medium, ada pula yang timbul,
yaitu menjulung tebal diatas permukaan medium.
d. Halus-kasarnya permukaan. Ada koloni yang permukaanya halus saja, ada yang
permukaanya kasar tidak rata.
e. Wajah
permukaan. Ada koloni yang permukaanya mengkilat, ada yang permukaanya suram.
f. Warna.
Kebanyakan koloni bakteri itu berwarna keputihan atau kekuning-kuningan, akan
tetapi ada juga kolini yang kemerah-merahan, coklat, jingga, biru, hijau dan
ungu.
g. Kepekatan. Ada koloni yang lunak seperti lendir, ada yang lunak seperti mentega ada
yang keras dan kering (Dwidjoseputro, 2005).
Populasi bakteri tumbuh sangat cepat
ketika mereka ditambahkan dan disesuaikan dengan gizi dan kondisi lingkungan
yang memungkinkan mereka untuk berkembang. Melalui pertumbuhan ini, berbagai
jenis bakteri kadang memberi penampilan yang khas. Beberapa koloni mungkin akan
berwarna, ada yang berbentuk lingkaran, sementara ada yang bentuknya tidak
teratur. Karakteristik koloni (bentuk, ukuran, margin, elevasi, warna,
permukaan, konsistensi) yang diistilahkan sebagai “morfologi koloni”. Morfologi
koloni adalah cara para ilmuwan dapat mengidentifikasi bakteri secara
makroskopis, berikut adalah beberapa macam pertumbuhan koloni berdasarkan
morfologinya : (Devacurii, 2012)
1. Pertumbuhan pada Cawan Petri
Ciri-ciri yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :
1.1 Ukuran; pinpoint/punctiform (titik)
Small (kecil)
Moderate (sedang)
Large (besar)
1.2
Pigmentasi : mikroorganisme
kromogenik sering memproduksi pigmen intraseluler, beberapa jenis lain
memproduksi pigmen
ekstraseluler yang dapat terlarut
dalam media
1.3 Bentuk :
Circular: bulat,bertepi
Irregular : tidak beraturan,
bertepi
Spindle
Filamentous
Rhizoid: bentuk sseperti akar, pertumbuhan
menyebar
1.4 Elevasi (ketinggian
pertumbuhan koloni bakteri)
Flat: ketinggian tidak
terukur, nyaris rata dengan medium
Raised:
ketinggian nyata terlihat, namun rata pada seluruh permukaan
Convex:
bentuk cembung seperti tetesan air
Umbonate:
bentuk cembung dibagian tengah lebih menonjol
1.5 Permukaan
Halus
mengkilap
Kasar
Berkerut
Kering
seperti bubuk
1.6 Margins
Entire :
Tepian rata
Lobate:
tepian berlekuk
Undulate:
tepian bergelombang
Serrate:
Tepian bergerigi
Felamentous:
tepian seperti benang-benang
2.
Pertumbuhan
pada Agar Miring
Ciri-ciri koloni diperoleh dengan
menggoreskan jarum inokulum tegak dan lurus.Ciri koloni berdasarkan bentuk:
3.
Pertumbuhan
pada Agar Tegak
Cara penanaman adalah dengan
menusukkan jarum inokulum needle
ke dalam media agar tegak.Ciri-ciri koloni berdasar bentuk :
Ciri koloni berdasar kebutuhan O2 :
4.
Pertumbuhan
pada Media Cair
Pola pertumbuhan
berdasarkan kebutuhan O2
IV. Metode
4.1
Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Pada pratikum kedua ini, kita
melakukan empat percobaan tentang “ Isolasi Mikroorganisme ”yang dilaksanakan
pada hari Kamis, tanggal 20 Maret
2014 pada pukul 07.50 – 10.20
WIB dan dilanjutkan lagi pada hari Sabtu, tanggal 22 Maret 2014 pada pukul 09.00
– 10.00 WIB di laboratorium
Mikrobiologi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.
4.2 Alat dan
Bahan
4.2.1
Alat
-
Jarum Ose
-
Bunsen
-
Tabung reaksi
-
Korek
-
Botol semprot
-
Pipet volume
-
Erlenmeyer
-
Cawan petri
4.2.2
Bahan
- Air sungai
- Alkohol
- Aquades
- Media agar (
NA, PDA, PCA )
4.3 Cara kerja
4.3.1
Isolasi pada agar tegak
Metode : Tusuk
1.
Disterilkan tangan dan meja.
2.
Dengan ose lurus diambil 1 ose
sampel.
3.
Ditusukkan ose yang sudah mengandung
sampel pada agar tegak sampai hampir dasar agar.
4.
Dilakukan di dekat bunsen.
5.
Diinkubasi biakan pada suhu 370C
selama 2 x 24 jam.
4.3.2
Isolasi pada agar miring
Metode : Gores
1.
Disterilkan tangan dan meja.
2.
Dengan ose bulat diambil 1 ose
sampel.
3.
Dioleskan ose yang sudah mengandung
sampel pada agar tegak sampai hampir dasar agar.
4.
Dilakukan di dekat bunsen.
5.
Diinkubasi biakan pada suhu 370C
selama 2 x 24 jam.
4.3.3
Isolasi pada agar cawan
Metode : Streak plate
1.
Disterilkan tangan dan meja.
2.
Diambil agar cawan yang sudah padat
dan steril
3.
Diambil 1 ose sampel
4.
Digoreskan diatas agar secara zig –
zag
5.
Dilakukan didekat bunsen
6.
Diinkubasi biakan pada suhu 370C
selama 2 x 24 jam
4.3.4 Metode :Pour
plate
1.
Disterilkan tangan dan meja
2.
Diambil 1 ml sampel cair ( untuk sampel
padat diambil 1 gram dan diencerkan terlebih dahulu) dan dimasukkan ke cawan petri kosong yang sudah steril
3.
Dituangkan agar cair dalam
kondisi hangat (50ºC) ke cawan petri
4.
Dihomogenkan dengan cara
memutar cawan petri membentuk angka 8, ke kanan dank e kiri atau ke depan dab
belakang
5.
Ditunggu sampai padat
6.
Dillakukan didekat buncen
7.
Diinkubasi biakan pada suhu
37ºC selama 2x2a jam
V. Hasil
Praktikum
1. Isolasi Tegak
Papillate
.
2.
Isolasi miring
Deaded
|
3.
Metode Streak
Plate
Koloni 2, koloni 1
|
Keterangan
:
Koloni 1 à a. Bentuk : Irregular
b. Elevasi : Raised
c.
Permukaan : Kasar
d. Margins : Undulate
Koloni 2 à a. Bentuk :
Circular
b. Elevasi : Raised
c.
Permukaan : Halus Mengkilap
e. Margins : Entire
4.
Metode Pour
Plate
Koloni 1, koloni 2
|
Keterangan
:
Koloni 1 à a. Bentuk :
Circular
b. Elevasi :
Flat
c. Permukaan :
Halus Mengkilap
d. Margins :
Entire
Koloni 2 à a. Bentuk :
Irregular
b. Elevasi :
Flat
c. Permukaan :
Kasar
d. Margins :
Lobate
VI. Pembahasan
Pada praktikum kali ini yaitu kami melakukan isolasi
mikroorganisme pada air sungai seperti yang diketahui pada tinjauan pustaka
bahwa isolasi mikroorganisme adalah memisahkan suatu jenis mikroba
dengan mikroba lain yang berasal dari campuran bermacam -macam mikroba. Praktikum
ini bertujuan untuk mempelajari teknik-teknik di dalam pengisolasian mikroba
beserta pemurniannya.
Dalam proses isolasi praktikan harus menggunakan sarung tangan, masker dan
harus mensterilkan daerah sekitar tempat pengambilan sampel dengan cara
penyemprotan alkohol dan api Bunsen, hal tersebut bertujuan untuk mencegah
mikroba lain ikut tertanam atau masuk dalam
agar padat, sehingga yang di amati adalah benar-benar mikroba yang berasal dari
air sungai.
Dari hasil praktikum pada hari Kamis, 20 Maret 2014 dengan menggunakan
metode isolasi tegak, isolasi miring, spreak plate dan pour plate dapat dilihat
ciri-ciri mikrobia yang tumbuh setelah diinkubasi selama 2x24 jam pada media
agar padat.
a.
Isolasi tegak
Yaitu dengan menusukkan jarum inokulum pada agar padat tegak, hal ini
bisa untuk menegetahui apakah mikrobia pada sampel air sungai tersebut termasuk
anaerob atau aerob. Dari hasil pengamatan kelompok kami, didapat ciri – ciri
bentuk mikroorganisme yaitu dalam bentuk papillate, sedangkan dilihat ciri koloni dari kebutuhan O2 adalah termasuk
fakultatif anaerob (bisa dilihat dari bentuknya yang rata dari permukaan sampai
ke dasar tabung reaksi, hal tersebut menunjukakan bahwa ada tidaknya udara
tidak mempengaruhi pertumbuhan mikrobia air sungai tersebut. Dari hasil
pengamatan warna dari mikrobia air sungai adalah keputihan.
b.
Isolasi Miring
Yaitu menggoreskan jarum
inokulum tegak dan lurus pada agar miring. Dari hasil praktikum kelompok kami,
didapat ciri mikrobia dari segi bentuk, yaitu berbentuk beaded dan berwarna
keputihan . Dibandingkan dengan hasil pada isolasi tegak, isolasi miring lebih
terlihat jelas dan hampir menutupi semua permukaan agar, hal ini bisa
disebabkan karena jarum inokulum yang digunakan dan juga banyaknya sampel yang
di tusukkan/goreskan pada agar.
c.
Streak Plate
Yaitu dengan menggoreskan
ose bulat yang telah dicelupkan ke sampel pada permukaan agar (NA) secara zig
zag. Metode ini ada keuntungan dan kelemahannya, keuntungannya adalah hemat
bahan dan waktu sedangkan kelemahannya adalah diperlukannya keterampilan dan
pengalaman.
Dua macam kesalahan yang umum sekali
dilakukan adalah tidak memanfaatkan permukaan medium dengan sebaik - baiknya
untuk digores sehingga pengenceran mikroorganisme menjadi kurang lanjut dan
cenderung untuk menggunakan inokulum terlalu banyak sehingga menyulitkan
pemisahan sel- sel yang digores. Hal
tersebut dialami oleh kelompok kami yaitu kurangnya keterampilan dan tidak
memanfaatkan permukaan medium dengan sebaik- baiknya untuk digores sehingga
pengenceran mikroorganisme menjadi
kurang lanjut dan mikroorganisme yang
tumbuh hanya sedikit sekali.
Hasil pengamatan pada streak
plate adalah pada koloni 1: bentuk = irregular, elevasi = raised, permukaan =
kasar, margins = undulate. Koloni 2 : bentuk = cireular, elevasi = raised,
permukaan = halus mengkilap, margins = entrie. Warna dari mikrobia yang kami
amati adalah keputihan, kepekatan dari koloni yaitu keras dan kering, dengan
besar koloni berupa titik.
d.
Pour Plate
Yaitu dengan
mengencerkan eksperimen dalam medium agar yang telah dicairkan dan didinginkan
yang kemudian di cawankan. Pada metode
ini memerlukan waktu yang banyak namun tidak memerlukan keterampilan yang
begitu berarti, hanya perlu menghomogenkan antara sampel dan agar, dengan
memutar cawan petri membentuk angka 8, ke kanan dank e kiri.
Metode ini memerlukan agar yang belum padat untuk
dituang bersama suspensi bakteri ke dalam cawan
petri, kemudian dihomogenkan dan dibiarkan memadat. Agar menyebarkan bakteri
tidak hanya pada permukaannya saja melainkan sel terendam agar, sehingga
mikroba dapat tumbuh pada permukaan O2 yang kaya akan oksigen dengan
baik dan sesuai dengan yang diharapkan. Pada prosedur kerja yang sudah
dilakukan, yaitu kita menyiapkan cawan petri yang telah steril, serta tabung
reaksi pengenceran yang akan ditanam, dan media yang padat masih cair (45°C),
kemudian teteskan 1ml secara aseptis, suspensi sel ke dalam cawan kosong, lalu
dituangkan media yang masih cair kecawan petri kemudian putar cawan petri
dengan angka 8 untuk menghomogenkan suspensi bakteri dan media kemudian
diinkubasi.
Dari hasil praktikum
kelompok kami dengan metode pour plate ini, mikrobia yang berhasil tumbuh lebih
banyak dibandingkan dengan streak plate. Ada yang terlihat jelas di permukaan
agar, dan ada yang terlihat jelas di dasar agar, hal ini menandakan bahwa
mikrobia yang terkandung dalam air sungai itu bersifat fakultatif anaerob. Warna
yang didapat adalah keputihan, dengan kepekatan keras dan kering, dan besar
koloni ada yang berupa titik ada yang menyebar hamper menutupi medium.
Dengan ciri masing-masing
koloni yakni sebagai berikut: Koloni 1 : bentuk = circular, elevasi = flat, permukaan = halus mengkikap, margins = entrie.
Koloni 2 : bentuk = irregular, elevasi = flat, permukaan = kasar, margins =
lobate
VII.
Kesimpulan
Dari hasil praktikum dan pengamatan dapat disimpulkan bahwa pada agar
tegak mikrobia berbentuk papillate, pada agar miring mikrobia berbentuk beaded,
pada metode streak plate mikrobia berbentuk irregular dan circular elevasi
raised ,permukaan kasar dan halus mengkilap, margins undulate dan entire, pada
metode pour plate mikrobia berbentuk irregular dan cicrural, elevasi flat,
permukaan kasar dan halus mengkilap, margins entire dan lobate.
VIII. Daftar
Pustaka
Admin. 2008. “Sejarah Perkembangan Mikrobiologi”(online). (Hhtp.//www.ubb.ac.td/
Sejarah perkembangan mikrobiologi) . (Diakses pada tanggal 22 Maret2014)
Bukle, KA.1987. Ilmu
Pangan.Jakarta: Universitas Jakarta
Devacurii.2012.“Struktur dan Morfologi Bakteri”
(online), (http://devacurri.wordprees.com/2012/11/01/struktur-dan-morfologi-beakteri/ diakses tanggal 22 Maret 2014).
Djuidjoseputro,D.1989.Dasar-dasar Mikrobiologi.Malang : Djambatan
Dwidjoseputro, S. 1992. Mikrobiologi Pangan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Esapmsi. 2012. “Mikroorganisme Air Sungai Mahakam”.
(online), (http://mikroorganismeairmahakam.blogspot.com/ diakses tanggal 23
Maret 2014).
Ferdias, S.1992. Mikrobiologi Pangan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Hadiotomo, Ratna Siri.1990.Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek.Jakarta : Gramedia.
Lay, B.W.1994. Analisis Mikroba di Laboratorium.Jakarta :Raja Grafindo Persada
Levine, M. 2000. An Introduction to Laboratory Technique in Bacteriology.New York:McMillan Company
Pelczar, Michael, J. 1986. Dasar- Dasar Mikrobiologi. Jakarta:
Universitas Indonesia.
Pelczar, M. J., Chan, E.C.S. 2007. Elements of Microbiology. New York: Mc Graw Hill Book Company
Pratiwi, Mawar. 2009. “Kehidupan Mikroorganisme dalam Air”.
(online),
(http://mawarmawar.wordpress.com/2009/03/15/kehidupan-mikroorganisme-dalam-air/
diakses tanggal 23 Maret 2014).
Sutedjo, M, dkk. 1997. “ Mikrobiologi Tanah” .Jakarta: Rineka Cipta
Syamsuri, Istamar. 2004. BIOLOGI untuk SMA kelas X. Jakarta: Erlangga
Volk &
Wheeler. 1993. Mikrobiologi Dasar. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Waluyo, L . 2007 . Mikrobiologi Umum .Malang: Universitas Muhammadiyah Malang Press
0 komentar:
Posting Komentar